DISUSUN OLEH:
Waroenk-Askep
A. Pengertian
Diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian
kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan
normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Diare
adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (WHO,1980)
Diare
ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari
3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
B. Penyebab
1.
Faktor infeksi
a.
Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.
albicans).
b.
Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis
media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis
dan sebagainya.
2.
Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi
karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi
glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi
laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
3.
Faktor Makanan:
Diare
dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4.
Faktor Psikologis
Diare
dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
by : waroenk-askep.blogspot.com
C. Patofisiologi
Mekanisme
dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1.
Gangguan osmotik
Adanya
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2.
Gangguan sekresi
Akibat
rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit
ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3.
Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik
akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
D. Manifestasi
Klinis
Diare
akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau
kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa
rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan
renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang
berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang
pipi tampak lebih menonjol,
turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan
dan
gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka
perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan
meningkat dan lebih dalam
(pernapasan
Kussmaul) Gangguan kardiovaskuler pada
tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien
mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang
sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan
tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini
tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis
tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
E. Penatalaksanaan
Prinsip
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
1.
Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2.
Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
3.
Memberikan terapi simtomatik
4.
Memberikan terapi definitif.
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada
4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
a.
Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada
saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran
meskipun jumlah kaliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%)
yang sebaiknya ditambahkan dengan
1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik.
Pada
keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala
akibatnya.
b.
Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada
prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar
dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan
dapat dihitung dengan cara/rumus:
-
Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan
cairan dihitung dengan rumus:
———————-
x BB x 4 ml
0,001
-
Metode Pierce
Berdasarkan
keadaan klinis, yakni:
*
diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
*
diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
*
diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
-
Metode Daldiyono
Berdasarkan
skoring keadaan klinis sebagai berikut:
*
Rasa haus/muntah = 1
* BP
sistolik 60-90 mmHg = 1
* BP
sistolik <60 mmhg =" 2">120 x/mnt = 1
*
Kesadaran apatis = 1
*
Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2
*
Frekuensi napas >30 x/mnt = 1
*
Facies cholerica = 2
* Vox
cholerica = 2
*
Turgor kulit menurun = 1
*
Washer women’s hand = 1
*
Ekstremitas dingin = 1
*
Sianosis = 2
*
Usia 50-60 tahun = 1
*
Usia >60 tahun = 2
Kebutuhan
cairan =
Skor
——–
x 10% x kgBB x 1 ltr
15
c.
Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute
pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar
29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g
NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga
setelah rehidrasi inisial untuk
mempertahankan
hidrasi.
d.
Jadual pemberian cairan Jadual rehidrasi inisial
yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem
skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat
mungkin. Jadual pemberian cairan tahap
kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya.
Dengan demikian, rehidrasi
diharapkan
lengkap pada akhir jam ke-3.
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab
infeksi.
Untuk
mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis
diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja
disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.
Gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap,
analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin
dan BJ plasma. Bila ada demam tinggi dan
dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter
jejuni sangat dianjurkan.
Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah
melihat hasil pemeriksaan penyaring.
Secara
klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
a.
Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
b.
Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadangkadang darah.
Pemeriksaan
penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan
sesuai
manifestasi klnis diare.
3. Memberikan terapi simtomatik
Terapi
simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus
seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri
entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus
yang seyogyanya cepat dieliminasi.
4. Memberikan terapi definitif.
Terapi
kausal dapat diberikan pada infeksi:
a.
Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
b.
V. parahaemolyticus,
c.
E. coli, tidak memerluka terapi spesifik
d.
C. perfringens, spesifik
e.
A. aureus : Kloramfenikol
f.
Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin
g.
Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol
h.
Helicobacter: Eritromisin
i.
Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
j.
Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
k.
Balantidiasis: Tetrasiklin
l.
Candidiasis: Mycostatin
m.
Virus: simtomatik dan suportif
F. Konsep
Keperawatan
1.
Pengkajian (Anak Usia 3 Tahun)
a.
Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer
b.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada
umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik
disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir dan atau darah,
keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan
meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran
c.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi
pengkajian riwayat :
1)
Prenatal
Kehamilan
yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post matur), abortus atau lahir hidup,
kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan
obat-obat yang dimakan serta imunisasi.
2)
Natal
Lamanya
proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang menolong persalinan, penyulit
persalinan.
3)
Post natal
Berat
badan nomal 2,5 Kg - 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score ,
ada atau tidak ada kelainan kongenital.
4)
Feeding
Air
susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan makanan
lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan
berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan
mineral atau suplemen lain.
5)
Penyakit sebelumnya
Penyebabnya,
gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit dalam
keluarga atau masyarakat, respon emosi
terhadap rawat inap sebelumnya.
6)
Alergi
Apakah
pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang, tumbuh-tumbuhan, debu rumah
7)
Obat-obat terakhir yang didapat
Nama,
dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.
8)
Imunisasi
Polio,
hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi yang terjadi adalah biasanya
demam, pemberian serum-serum lain,
gamma globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.
9)
Tumbuh Kembang
Berat
waktu lahir 2, 5 Kg - 4 Kg. Berat badan bertambah 150 – 200 gr/minggu, TB bertambah 2,5 cm / bulan,
kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan.
Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri
dan berjalan pada usia 10-12
bulan.
d.
Riwayat Psikososial
Anak
sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya dan sangat histeris jika
dipisahkan dengan orang tuanya. Usia
3 tahun (toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya.
e.
Riwayat Spiritual
Anak
sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.
f.
Reaksi Hospitalisasi
1)
Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang dikenal, perasaan tidak
aman, cemas dan sedih
2) Perubahan
pola kegiatan rutin
3)
Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
4)
Kehilangan otonomi
5)
Takut keutuhan tubuh
6)
Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya kesempatan untuk
melaksanakan kesenangannya
g.
Aktivitas Sehari-Hari
1)
Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari
2)
Output cairan :
(a)
IWL (Insensible Water Loss)
(1)
Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam
(2)
Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh -
36,8
oC)
(b)
SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat
diamati,
misalnya berupa kencing dan faeces. Yaitu :
(1)
Urine : 1 - 2 cc / Kg BB / 24 jam
(2)
Faeces : 100 - 200 cc / 24 jam
3)
Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training.
G. Pemeriksaan
Fisik
1.
Tanda-tanda vital
Suhu
badan : mengalami peningkatan
Nadi
: cepat dan lemah
Pernafasan
: frekuensi nafas meningkat
Tekanan
darah : menurun
2.
Antropometri
Pemeriksaan
antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar
perut. Pada anak dengan diare mengalami
penurunan
berat badan.
3.
Pernafasan
Biasanya
pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan
bunyi
nafas tambahan.
4.
Cardiovasculer
Biasanya
tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
5.
Pencernaan
Ditemukan
gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering,
peristaltik
usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer
6.
Perkemihan
Volume
diuresis menurun.
7.
Muskuloskeletal
Kelemahan
fisik akibat output yang berlebihan
8.
Integumen
lecet
pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
9.
Endokrin
Tidak
ditemukan adanya kelaianan.
10.
Penginderaan
Mata
cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
11.
Reproduksi
Tidak
mengalami kelainan.
12.
Neorologis
Dapat
terjadi penurunan kesadaran.
H. Pemeriksaan
Tingkat Perkembangan
1.
Motorik Kasar
Sudah
bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan,
mulai
bisa bersepeda roda tiga.
2.
Motorik Halus
Menggambat
lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
3.
Personal Sosial
Sudah
belajar bermain dengan teman sebayanya.
I. Diagnosa
Keperawatan
1.
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
3.
Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
4.
Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
5.
Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas, salah
interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
6.
Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru.
J. Rencana
Keperawatan
Dx.1
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual)
Tujuan
: Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
Intervensi
1.
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi.
2.
Pantau intake dan output.
3.
Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
4.
Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
Rasional
1.
Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
2.
Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan
kebutuhan
cairan pengganti.
3.
Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
4.
Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui
Dx.2
: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera
badan
Intervensi
1.
Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
2.
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan
segera
mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien
mengizinkan.
3.
Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet
4.
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
Rasional
1.
Menurunkan kebutuhan metabolic
2.
Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk
menurunkan
peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi.
3.
Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien
memungkinkan.
4.
Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
5.
Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah
kekurangan
nutrisi lebih lanjut
Dx.3
: Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan
: Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
Intervensi
Atur
posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
1.
Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase
punggung
dan kompres hangat abdomen
2.
Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan
berikan
perawatan kulit
3.
Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
4.
Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan
karakteristik
nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
Rasional
1.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
2.
Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan
kemampuan
koping
3.
Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
4.
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan
spasme
traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis
5.
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya
Dx.4
: Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan
: Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Intervensi
1.
Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan
balik
tentang mekanisme koping yang tepat.
2.
Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang
tua
klien yang anaknya mengalami masalah yang sama
3.
Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus
dalam
membantu klien.
Rasional
1.
Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan
masalah
2.
Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satusatunya
orang
yang mengalami masalah yang demikian.
3.
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan
Dx.5
: Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
terapi
b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau
keterbatasan
kognitif.
Tujuan
: Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta
mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
Intervensi
1.
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan
tentang
penyakit dan perawatan anaknya.
2.
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap
gangguan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
3.
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian
serta
efek samping yang mungkin timbul
4.
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
Rasional
1.
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta
latar
belakang pengetahuan sebelumnya.
2.
Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi
keluarga
klien dan keluarga dalam proses perawatan klien
3.
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
4.
Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan
perawatan
diri anaknya
Dx.
6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan
: Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda
kenyamanan
Intervensi
1.
Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi
dalam
perawatn yang dilakukan
2.
Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
3.
Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat
perkembangan
klien
Rasional
1.
Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
2.
Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
3.
Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimun
K. Implementasi
Melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
direncanakan
sebelumnya
L. Evaluasi
Evaluasi
merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut
tercapai.
Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang,
kemudian
disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi
keperawatan
lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan
langkah
awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.
DAFTAR
PUSTAKA
A.H.
Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah,
997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price
& Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,
Ed.4,
EGC,
Jakarta
Soetjiningsih
1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman
& Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono,
1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley
& Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda
company,
USA.
KUNJUNGI
BERBAGAI ARTIKEL
MENARIK
SEPUTAR KEHIDUPAN ANDA
0 komentar: